Label

Kamis, 10 Januari 2013



PEMBELAJARAN KELOMPOK/KOOPERATIF
                                    
A.  Pengantar
Belajar kelompok merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan pembelajaran yang aktif,kreatif,efektif dan menyenangkan. Selama ini beberapa orang masih menganggap bahwa PAKEM identik dengan duduk kelompok dan adanya pajangan. Padahal kenyataan sebenarnya tidaklah demikian, yakni  bila mana semua  siswa  duduk  menghadap ke depan ,nuansa pembelajaran pakem tetap dapat dilaksanakan  namun dengan kelompok itu akan lebih baik Begitu sebaliknya jika anak duduk berkelompok, dan tidak semua bekerja, maka dapat dikatakan pembelajaran itu masih belum PAKEM.
Seharusnya menilai PAKEM tidak cukup hanya memandang anak duduk dalam posisi  kelompok, tetapi perlu lebih diperdalam makna sebenarnya dari belajar kelompok       (apa,mengapa dan bagaimana belajar kelompok).Untuk lebih mengefektifkan belajar kelompok maka perlu di tingkatkan dengan pembelajaran kooperaratif.
Unit ini memberikan gambaran tentang bagaimana desain dan pelaksanaan pembelajaran secara berkelompok/kooperatif yang tidak sekedar duduk secara berkelompok tetapi tidak ada aktivitas mental yang dibangun secara berkelompok.

B. Tujuan
Setelah mengikuti pelatihan, peserta diharapkan dapat:
1.     mengidentifikasi Kekuatan dan kelemahan belajar kelompok/kooperatif dan belajar individu
2.     meningkatkan kualitas belajar secara berkelompok/ kooperatif
3.     Mendesain salah satu skenario pembelajaran kooperatif

C. Materi Diklat
1.     Kekuatan dan kelemahan belajar kelompok/ kooperatif dan belajar individu
2.     Peningkatan kualitas pelaksanaan belajar kelompok/ kooperatif
3.     Skenario pembelajaran kooperatif

D. Bahan dan alat
1.      Lembar kerja  (Lampiran 1)
2.      Slide/power point.. (Lampiran 2.)
3.      Makalah tentang Karakteristik Mata Pelajaran (Lampiran 3.)

Lampiran 1:

Lembar Kerja 1
 




























Lembar Kerja 2
Horizontal Scroll: 1.	Berdasarkan pengalaman Anda melaksanakan pembelajaran kelompok di sekolah tentunya banyak hal yang kurang memuaskan. Tuliskan seluruh permasalahan tentang pelaksanaan pembelajaran kooperatif tersebut dan diskusikan dengan teman sekelompok!
2.	Dua kelompok yang berdekatan berdiskusi tentang upaya meningkatkan kualitas belajar kelompok  berdasarkan temuan daftar pada langkah 1.
No	Masalah dalam belajar kelompok	Upaya untuk meningkatkan kualitas belajar kelompok

		

3.	Seorang anggota salah satu kelompok menyampaikan hasil diskusi tentang  cara meningkatkan peran setiap anggota dalam belajar kelompok, kelompok lain
 

































Horizontal Scroll: Untuk melaksanakan kegiatan ini, fasilitator perlu menyiapkan sebuah model pembelajaran secara kooperatif untuk dimodelingkan kepada peserta (Peserta sebagai siswa).

1.	Lakukan  kegiatan modeling yang difasilitasi oleh fasilitator. Catat setiap langkah yang Anda lakukan, kemudian susunlah menjadi skanerio pembelajaran kooperatif dari kegiatan yang dimodelingkan. Padukan temuan Anda dengan teman satu kelompok kemudian diskusikan kembali skenario pembelajaran kooperatif yang telah dilakukan. 
2.	Silakan berdiskusi kelas difasilitasi oleh fasilitator, susun skenario pembelajaran kooperatif yang dimodelingkan dan hasilnya ditulis di kertas plano atau papan tulis.
3.	Apabila Anda akan melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan materi yang sama pada waktu lain, hal apa yang akan diperbaiki untuk meningkatkan kualitas belajar kelompok/kooperatif?
4.	Lakukan berpasangan dengan teman sebangku rancang skenario pembelajaran kooperatif dari sebuah kompetensi dasar! 
5.	Tiga kelompok pasangan berkumpul, silakan saling memberikan komentar perbaikan terhadap hasil karya masing-masing kelompok. Setelah dilakukan perbaikan seperlunya, pajangkan hasil karya pasangan Anda di dinding dan lakukan pengamatan terhadap seluruh hasil karya yang ada.
Lembar Kerja 3































Lampiran 2:

 



















Oval: 6Oval: 5Rounded Rectangle:
Rounded Rectangle:






































Lampiran 3:

Pembelajaran Kelompok Yang Menarik dan Efektif

A.   Apakah Pembelajaran Kooperatif itu?
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang menganut faham konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Rasa tanggung jawab bersama atas penguasaan sebuah kompetensi oleh seluruh anggota kelompok ditekankan.
Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut (Lungdren, 1994).
1.     Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama.”
2.     Para siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3.     Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
4.     Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di antara para anggota kelompok.
5.     Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
6.     Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
7.     Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995).




B.   Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Carin, (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif bercirikan : (a) setiap anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan
Sedangkan Slavin (1995) mengemukakan tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.
Ketiga konsep sentral itu, dijelaskan sebagai berikut:
1.      Penghargaan kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli (team work).
2.      Pertanggungjawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.
3.      Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
Dengan demikian Pembelajaran kooperatif bertujuan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994).

C.   Apa perbedaan pembelajaran kooperatif dan Pembelajaran individual?
Dalam pembelajaran individual guru bekerja dengan melibatkan  seluruh kelas atau individual untuk mencapai kompetensi tertentu sehingga tidak nampak ikatan emosional dan komunikatif antar siswa. Lembar kerja dirancang untuk dilakukan siswa secara perorangan sehingga terjadi semacam kompetisi individu. Siswa yang ’pandai’ akan terlihat mendominasi kelas dan meninggalkan teman-temannya sehingga terjadi jurang pemisah yang jelas. Dalam pembelajaran kooperatif dibina suasana belajar menguasai suatu kompetensi bersama dengan orang lain .
Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif mencakup :
1.      KupangPemupukan rasa kebersamaan dan tanggung jawab bersama di antara beberapa orang yang terlibat secara berpasangan, atau kelompok.
2.      Penetapan tujuan dan kegiatan bersama.
3.      Ada pembagian peran dan tugas yang jelas di antara setiap anggota kelompok sehingga membentuk orkestra yang padu dan harmoni.
4.      Penilaian difokuskan kepada bentuk sikap, perilaku, dan hasil kerja kelompok.
5.      Setiap siswa di samping bertanggung jawab atas kelompoknya, juga memiliki tanggung jawab yang sama atas penguasaan kompetensi secara individual.
Dengan demikian perolehan belajar dilakukan secara sinergi antara kegiatan bekerja sama dengan orang lain dan peningkatan kemampuan diri.

D.   Bagaimana penerapan Pembelajaran Kooperatif?
Berikut diberikan beberapa alternatif dan model pembelajaran kooperatif yang telah dipraktikkan di berbagai tempat. Tidak semua strategi ini bisa diterapkan dalam kenyataan sehari-hari di kelas, masih terbuka banyak kemungkinan bagi kita untuk memilih, memodifikasi ,atau bahkan menciptakan dan menamai sendiri suatu teknik pembelajaran yang baik.

Tahap Perencanaan
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan guru dalam menyusun persiapan mengajar pada pembelajaran kooperatif, diantaranya :
a.      Memilih Pendekatan
Ada empat pendekatan yang menjadi bagian dari strategi guru :
1)        Student Teams Achievement Division (STAD)
STAD dikembangkan oleh Robert Slavin merupakan pendekatan Cooperatif Learning yang paling sederhana. STAD mengacu pada belajar kelompok,    penyajian informasi akademik baru pada siswa setiap minggu dengan menggunakan presentasi verbal dan teks.Siswa dalam 1 kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok dengan jumlah 4 atau 5 orang.
1)        Setiap kelompok harus heterogen yaitu laki dan perempuan, bermacam suku dan kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
2)        Anggota tim menggunakan lembar kegiatan untuk menuntaskan pelajarannya.
3)        Kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami pelajaran melalui tutorial, kuis dan melakukan diskusi.
4)        Setiap minggu atau 2 minggu siswa diberi kuis. Kuis diskor dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor perkembangan tidak berdasarkan skor mutlak siswa tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor siswa yang lalu.
5)        Setiap minggu lembar penilaian diumumkan dengan skor tertinggi.
6)        Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu dicantumkan dalam lembar tersebut.

2)        Jigsaw
Dikembangkan oleh Elliot Aronson kemudian diadaptasikan oleh Slavin.dimana setiap anggota tim bertanggung jawab untuk menentukan materi pembelajaran yang ditugaskan kepadanya, kemudian mengajarkan materi tersebut kepada kelompok lainnya.
·        Siswa dibagi berkelompok dengan 5 atau 6 anggota kelompok belajar heterogen.
·        Materi diberikan dalam bentuk teks.
·        Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu dari bahan yang diberikan. Misalnya: Siswa akan mempelajari tentang Ekskresi, maka siswa secara berbeda mempelajari tentang paru-paru, hati, ginjal dan kulit.
·        Anggota dari kelompok lain juga mempelajari hal yang sama. Kelompok tersebut kita sebut dengan kelompok ahli yaitu ahli paru, ahli hati, ahli ginjal dan ahli kulit.
·        Selanjutnya anggota tim ahli kembali ke kelompok asal dan mengajarkan apa yang dipelajarinya dan didiskusikan dalam kelompok ahlinya untuk diajarkan pada teman sekelompoknya.
·        Pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa dikenai kuis secara individual tentang materi belajar.

3)        Investigasi Kelompok (IK)
Dikembangkan oleh Thelan,. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang lebih berpusat pada guru dan memerlukan kemampuan mengajar siswa ketrampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik. Ada enam tahap Investigasi Kelompok (IK), yaitu :
·        Pemilihan topik
·        Perencanaan kooperatif
·        Implementasi siswa
·        Analisis dan sintesis
·        Presentasi hasil final
·        Evaluasi

4)        Pendekatan Struktural
Pendekatan ini menekankan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Strategi ini sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti resitasi, dimana guru memberikan jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk. Ada dua macam struktur yaitu :

Think-pair-share
Memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab dan membantu satu sama lain.

Numbered-head-together,
Pendekatan yang banyak melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Empat langkah dalam pendekatan ini : penomoran guru, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama dan menjawab.
a.      Pemilihan Materi yang sesuai
Salah satu tugas perencanan yang utama bagi guru adalah memilih isi yang sesuai untuk siswa yang diketahui minat dan bekal pengetahuan awal mereka.
b.      Pembentukan Kelompok Siswa
Tugas perencanaan kooperatif adalah  pembentukkan kelompok siswa dan tergantung pada tujuan yang ingin dicapai oleh guru untuk suatu pelajaran dan campuran latar belakang, etnik, suku dan tingkat kemampuan siswa di dalam kelas.
c.       Pengembangan Materi dan Tujuan
Tugas guru dalam mempersiapkan suatu pelajaran adalah mengumpulkan materi yang disampaikan dalam pesan verbal yang bermakna atau dalam bentuk demonstrasi yang disertai ketrampilan tertentu. Jika guru harus menggunakan metode investigasi kelompok, pasokan materi yang cukup perlu dikumpulkan untuk digunakan oleh kelompok belajar siswa.
d.      Mengenalkan siswa kepada Tugas dan Peran
Hal ini penting untuk merencanakan agar siswa memiliki pemahaman yang jelas tentang peran mereka dan harapan-harapan guru pada saat mereka berperan serta dalam suatu pelajaran pembelajaran kooperatif.
e.       Merencanakan Waktu dan Tempat
Hal ini merupakan tugas tambahan dalam pembelajaran kooperatif yaitu menetapkan bagaimana waktu dan ruang akan digunakan. Dimana dalam pembelajaran kooperatif memerlukan waktu lebih lama bagi siswa untuk berinteraksi mengenai ide-ide penting dari waktu yang diperlukan guru untuk menyajikan ide-ide secara langsung kepada siswa dan membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas dan alat yang dapat dipindahkan.

E.   Keterampilan apa yang perlu dikuasai guru agar dapat mengelola pembelajaran kooperatif dengan baik?
Guru hendaknya menguasai dengan baik teori maupun keterampilan kelompok dan sosial berikut :

Keterampilan-keterampilan sosial
1)        Ketrampilan berbagi
Contoh pelajaran yang dapat digunakan dalam ketrampilan berbagai, yaitu :
-         Round robin, suatu kegiatan yang mengajarkan siswa bagaimana menunggu giliran pada saat bekerja dalam kelompok.
-         Pair checks, suatu cara membantu siswa yang suka mendominasi dengan cara meminta mereka bekerja berpasangan dan menerapkan susunan pengecekan berpasangan.
2)        Ketrampilan berperan serta
Untuk mengajarkan dan menjamin peran serta yang seimbang antara anggota kelompok ada dua cara yabg dapat digunakan, yaitu :
-          Time token, cara ini dapat membantu membagikan peran serta secara lebih merata antara  anggota kelompok yang dominan dengan anggota yang tidak aktif.
-          High talker tap out, satu cara untuk menghasilkan peran serta yang seimbang adalah dengan menugaskan satu siswa untuk terus mengamati peran serta tiap siswa.
Keterampilan-keterampilan Komunikasi
Empat ketrampilan komunikasi yang dapat dilakukan yaitu, mengulang kalimat sendiri, memerikan perilaku, memerikan perasaan dan mengecek kesan. Hal tersebut penting dan harus diajarkan ke siswa agar memudahkan komunikasi didalam seting kelompok.

Keterampilan-keterampilan Kelompok
Sebelum siswa dapat bekerja secara efektif dalam kelompok, mereka juga harus belajar memahami dan menghormati perbedaan satu sama lain, menghargai pendapat orang lain,menjaga ketersinggungan orang lain.

F.   Mengajarkan Keterampilan Sosial dan Kelompok
Model pembelajaran langsung yang menghendaki guru untuk mendemonstraskan keterampilan yang akan diajarkan dan menyediakan waktu bagi siswa untuk melatih keterampilan dan menerima umpan balik.
Berikut beberapa contoh pembelajaran kooperatif

Mencari Pasangan (Make a Match).
Dikembangkan oleh Lama Curran (1994). Siswa mencari pasangan sambil belaiar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang  menyenangkan.
Langkah kerja:
1.     Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
2.     Setiap siswa mendapat satu buah kartu
3.     Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
4.     Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
5.      Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
6.     Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
7.     Demikian seterusnya
8.     Kesimpulan/penutup
  
Berpikir-Berpasangan-Berempat
Dikembangkan oleh Frank Lyman (Think-Pair-Share) dan Spencer Kagan
(Think-Pair-Square) sebagai struktur kegiatan pembelajaran kooperatif. Memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.Memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.
Langkah kerja:
1.     Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
2.     Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
3.     Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
4.     Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
5.     Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa
6.     Guru memberi kesimpulan
7.     Penutup

Berkirim Salam dan Soal.
Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk melatih pengetahuan dan
keterampilannya.Siswa membuat pertanyaan sendiri, sehingga akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan menjawab pertanyaan yang dibuat oleh
teman-teman sekelasnya. Cocok untuk persiapan menjelang tes dan ujian.

Langkah kerja:
1.     Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan setiap kelompok ditugaskan untuk menuliskan beberapa pertanyaan yang akan dikirim ke kelompok yang lain. Guru bisa mengawasi dan membantu memilih soal-soal yang cocok.
2.     Kemudian, masing-masing kelompok mengirimkan satu orang utusan yang akan menyampaikan salam dan soal dari kelompoknya (Salam kelompok bisa berupa sorak kelompok seperti yang dijelaskan)
3.     Setiap kelompok mengerjakan soal kiriman dari kelompok lain.
4.     Setelah selesai, jawaban masing-masing kelompok dicocokkan dengan jawaban kelompok yang membuat soal.

Kepala Bernomor (Numbered Heads).
Dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992).Memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.
Langkah kerja :
1.     Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2.     Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
3.     Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
4.     Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
5.     Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
6.     Kesimpulan


Kepala Bernomor Terstruktur.
Teknik belajar ini merupakan pengembangan dari teknik Kepala Bernomor.- Memudahkan dalam pembagian tugas.Memudahkan siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam saling keterkaitan dengan rekan sekelompoknya.
Langkah kerja:
Caranya:
1.      Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2.      Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai
3.     Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
4.      Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
5.      Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
6.      Kesimpulan

Kancing Gemerincing
Teknik ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992).Dalam kegiatan Kancing Gemerincing, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan pendapat mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain.Teknik ini dapat digunakan untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Dalam banyak kelompok, sering ada anak yang terlalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya, juga ada anak yang pasif dan mengekor temannya yang lebih dominan. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok bisa tidak tercapai karena anak yang pasif terlalu  menggantungkan diri pada rekannya yang dominan.Teknik ini dapat menjadi solusi yang dapat  memastikan setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berperan serta secara aktif
.
Langkah kerja:
1.     Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing-kancing (atau benda kecil lainnya).
2.     Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa masing-masing kelompok mendapatkan 2 atau 3 buah kancing (jumlah kancing tergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan).
3.     Setiap kali siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkannya ditengah-tengah.
4.     Jika kancing yang dimiliki siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancingnya.
5.     Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagi-bagi kancing lagi dan mengulangi prosedurnya kembali.