PEMBELAJARAN KELOMPOK/KOOPERATIF
A.
Pengantar
Belajar
kelompok merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan pembelajaran yang aktif,kreatif,efektif dan
menyenangkan. Selama ini beberapa orang masih menganggap bahwa PAKEM identik
dengan duduk kelompok dan adanya pajangan. Padahal kenyataan sebenarnya
tidaklah demikian, yakni bila mana semua siswa
duduk menghadap ke depan ,nuansa
pembelajaran pakem tetap dapat dilaksanakan
namun dengan kelompok itu akan lebih baik Begitu sebaliknya jika anak
duduk berkelompok, dan tidak semua bekerja, maka dapat dikatakan pembelajaran
itu masih belum PAKEM.
Seharusnya menilai PAKEM tidak cukup hanya memandang
anak duduk dalam posisi kelompok, tetapi
perlu lebih diperdalam makna sebenarnya dari belajar kelompok (apa,mengapa dan bagaimana belajar
kelompok).Untuk lebih mengefektifkan belajar kelompok maka perlu di tingkatkan
dengan pembelajaran kooperaratif.
Unit
ini memberikan gambaran tentang bagaimana desain dan pelaksanaan pembelajaran
secara berkelompok/kooperatif yang tidak sekedar duduk secara berkelompok
tetapi tidak ada aktivitas mental yang dibangun secara berkelompok.
B. Tujuan
Setelah mengikuti pelatihan, peserta diharapkan dapat:
1.
mengidentifikasi Kekuatan dan kelemahan belajar
kelompok/kooperatif dan belajar individu
2.
meningkatkan kualitas belajar secara berkelompok/
kooperatif
3.
Mendesain salah satu skenario pembelajaran kooperatif
C. Materi Diklat
1.
Kekuatan dan kelemahan belajar
kelompok/ kooperatif dan belajar individu
2.
Peningkatan kualitas
pelaksanaan belajar kelompok/ kooperatif
3.
Skenario pembelajaran
kooperatif
D. Bahan dan alat
1.
Lembar kerja
(Lampiran 1)
2.
Slide/power point.. (Lampiran
2.)
3.
Makalah tentang Karakteristik Mata Pelajaran (Lampiran 3.)
Lampiran 1:
Lembar Kerja 1
Lembar Kerja 2
Lembar Kerja 3
Lampiran 2:
Lampiran 3:
Pembelajaran Kelompok Yang Menarik dan Efektif
A.
Apakah Pembelajaran Kooperatif itu?
Pembelajaran kooperatif merupakan
salah satu bentuk pembelajaran yang menganut faham konstruktivisme.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa
sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompok, setiap siswa anggota kelompok harus saling
bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam
pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman
dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Rasa tanggung jawab bersama atas
penguasaan sebuah kompetensi oleh seluruh anggota kelompok ditekankan.
Unsur-unsur dasar dalam
pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut (Lungdren, 1994).
1.
Para siswa harus memiliki
persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama.”
2.
Para siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap siswa
atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggungjawab terhadap diri
sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3.
Para siswa harus berpandangan
bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
4.
Para siswa membagi tugas dan
berbagi tanggungjawab di antara para anggota kelompok.
5.
Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang
akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
6.
Para siswa berbagi kepemimpinan
sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
7.
Setiap siswa akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok
kooperatif.
Pada pembelajaran kooperatif
diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik
di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar
kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan.
Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan
(Slavin, 1995).
B.
Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Carin, (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif bercirikan : (a) setiap anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan
interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap anggota kelompok bertanggung
jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, (d) guru membantu
mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, (e) guru hanya
berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan
Sedangkan Slavin (1995) mengemukakan tiga konsep
sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif yaitu penghargaan
kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.
Ketiga konsep sentral itu,
dijelaskan sebagai berikut:
1.
Penghargaan kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan
kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai
skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada
penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar
personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli (team work).
2.
Pertanggungjawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung
dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban
tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu
dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap
anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa
bantuan teman sekelompoknya.
3.
Kesempatan yang sama untuk
mencapai keberhasilan
Pembelajaran kooperatif
menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan
peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan
menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang,
atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang
terbaik bagi kelompoknya.
Dengan demikian Pembelajaran
kooperatif bertujuan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan
situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh
keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994).
C.
Apa perbedaan pembelajaran kooperatif dan
Pembelajaran individual?
Dalam pembelajaran
individual guru bekerja dengan melibatkan
seluruh kelas atau individual untuk mencapai kompetensi tertentu
sehingga tidak nampak ikatan emosional dan komunikatif antar siswa. Lembar
kerja dirancang untuk dilakukan siswa secara perorangan sehingga terjadi
semacam kompetisi individu. Siswa yang ’pandai’ akan terlihat mendominasi kelas
dan meninggalkan teman-temannya sehingga terjadi jurang pemisah yang jelas.
Dalam pembelajaran kooperatif dibina suasana belajar menguasai suatu kompetensi
bersama dengan orang lain .
Unsur-unsur dasar
pembelajaran kooperatif mencakup :
1.
Pemupukan rasa kebersamaan dan tanggung jawab
bersama di antara beberapa orang yang terlibat secara berpasangan, atau
kelompok.
2.
Penetapan tujuan dan
kegiatan bersama.
3.
Ada pembagian peran dan
tugas yang jelas di antara setiap anggota kelompok sehingga membentuk orkestra
yang padu dan harmoni.
4.
Penilaian difokuskan kepada
bentuk sikap, perilaku, dan hasil kerja kelompok.
5.
Setiap siswa di samping
bertanggung jawab atas kelompoknya, juga memiliki tanggung jawab yang sama atas
penguasaan kompetensi secara individual.
Dengan demikian perolehan
belajar dilakukan secara sinergi antara kegiatan bekerja sama dengan orang lain
dan peningkatan kemampuan diri.
D.
Bagaimana penerapan Pembelajaran Kooperatif?
Berikut diberikan beberapa
alternatif dan model pembelajaran kooperatif yang telah dipraktikkan di
berbagai tempat. Tidak semua strategi ini bisa diterapkan dalam kenyataan
sehari-hari di kelas, masih terbuka banyak kemungkinan bagi kita untuk memilih,
memodifikasi ,atau bahkan menciptakan dan menamai sendiri suatu teknik
pembelajaran yang baik.
Tahap Perencanaan
Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan guru dalam menyusun persiapan mengajar pada pembelajaran
kooperatif, diantaranya :
a.
Memilih Pendekatan
Ada empat pendekatan yang
menjadi bagian dari strategi guru :
1)
Student Teams Achievement Division (STAD)
STAD
dikembangkan oleh Robert
Slavin merupakan
pendekatan Cooperatif Learning yang paling sederhana. STAD mengacu pada belajar
kelompok, penyajian informasi akademik
baru pada siswa setiap minggu dengan menggunakan presentasi verbal dan
teks.Siswa dalam 1 kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok dengan jumlah 4 atau
5 orang.
1)
Setiap
kelompok harus heterogen yaitu laki dan perempuan, bermacam suku dan kemampuan
tinggi, sedang dan rendah.
2)
Anggota tim
menggunakan lembar kegiatan untuk menuntaskan pelajarannya.
3)
Kemudian
saling membantu satu sama lain untuk memahami pelajaran melalui tutorial, kuis
dan melakukan diskusi.
4)
Setiap
minggu atau 2 minggu siswa diberi kuis. Kuis diskor dan tiap individu diberi
skor perkembangan. Skor perkembangan tidak berdasarkan skor mutlak siswa tetapi
berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor siswa yang
lalu.
5)
Setiap
minggu lembar penilaian diumumkan dengan skor tertinggi.
6)
Kadang-kadang
seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu dicantumkan dalam lembar tersebut.
2)
Jigsaw
Dikembangkan oleh Elliot Aronson kemudian
diadaptasikan oleh Slavin.dimana setiap anggota tim bertanggung jawab untuk
menentukan materi pembelajaran yang ditugaskan kepadanya, kemudian mengajarkan
materi tersebut kepada kelompok lainnya.
·
Siswa dibagi
berkelompok dengan 5 atau 6 anggota kelompok belajar heterogen.
·
Materi
diberikan dalam bentuk teks.
·
Setiap
anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu dari bahan yang
diberikan. Misalnya: Siswa akan mempelajari tentang Ekskresi, maka siswa secara
berbeda mempelajari tentang paru-paru, hati, ginjal dan kulit.
·
Anggota dari
kelompok lain juga mempelajari hal yang sama. Kelompok tersebut kita sebut
dengan kelompok ahli yaitu ahli paru, ahli hati, ahli ginjal dan ahli kulit.
·
Selanjutnya anggota tim ahli
kembali ke kelompok asal dan mengajarkan apa yang dipelajarinya dan
didiskusikan dalam kelompok ahlinya untuk diajarkan pada teman sekelompoknya.
·
Pertemuan dan diskusi kelompok
asal, siswa dikenai kuis secara individual tentang materi belajar.
3)
Investigasi Kelompok (IK)
Dikembangkan oleh Thelan,.
Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada
pendekatan yang lebih berpusat pada guru dan memerlukan kemampuan mengajar
siswa ketrampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik. Ada enam tahap
Investigasi Kelompok (IK), yaitu :
·
Pemilihan topik
·
Perencanaan kooperatif
·
Implementasi siswa
·
Analisis dan sintesis
·
Presentasi hasil final
·
Evaluasi
4)
Pendekatan Struktural
Pendekatan ini menekankan
pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa. Strategi ini sebagai alternatif terhadap struktur kelas
tradisional, seperti resitasi, dimana guru memberikan jawaban setelah
mengangkat tangan dan ditunjuk. Ada dua macam
struktur yaitu :
Think-pair-share
Memiliki prosedur yang ditetapkan secara
eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab dan
membantu satu sama lain.
Numbered-head-together,
Pendekatan yang banyak melibatkan lebih banyak
siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Empat langkah dalam pendekatan ini : penomoran
guru, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama dan menjawab.
a.
Pemilihan Materi yang sesuai
Salah satu tugas perencanan
yang utama bagi guru adalah memilih isi yang sesuai untuk siswa yang diketahui
minat dan bekal pengetahuan awal mereka.
b.
Pembentukan Kelompok Siswa
Tugas perencanaan kooperatif
adalah pembentukkan kelompok siswa dan
tergantung pada tujuan yang ingin dicapai oleh guru untuk suatu pelajaran dan
campuran latar belakang, etnik, suku dan tingkat kemampuan siswa di dalam
kelas.
c.
Pengembangan Materi dan
Tujuan
Tugas guru dalam
mempersiapkan suatu pelajaran adalah mengumpulkan materi yang disampaikan dalam
pesan verbal yang bermakna atau dalam bentuk demonstrasi yang disertai
ketrampilan tertentu. Jika guru harus menggunakan metode investigasi kelompok,
pasokan materi yang cukup perlu dikumpulkan untuk digunakan oleh kelompok
belajar siswa.
d.
Mengenalkan siswa kepada
Tugas dan Peran
Hal ini penting untuk
merencanakan agar siswa memiliki pemahaman yang jelas tentang peran mereka dan
harapan-harapan guru pada saat mereka berperan serta dalam suatu pelajaran
pembelajaran kooperatif.
e.
Merencanakan Waktu dan
Tempat
Hal ini merupakan tugas
tambahan dalam pembelajaran kooperatif yaitu menetapkan bagaimana waktu dan
ruang akan digunakan. Dimana dalam pembelajaran kooperatif memerlukan waktu
lebih lama bagi siswa untuk berinteraksi mengenai ide-ide penting dari waktu
yang diperlukan guru untuk menyajikan ide-ide secara langsung kepada siswa dan
membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas dan alat yang dapat
dipindahkan.
E.
Keterampilan apa yang perlu dikuasai guru agar
dapat mengelola pembelajaran kooperatif dengan baik?
Guru hendaknya menguasai
dengan baik teori maupun keterampilan kelompok dan sosial berikut :
Keterampilan-keterampilan sosial
1)
Ketrampilan berbagi
Contoh pelajaran yang dapat
digunakan dalam ketrampilan berbagai, yaitu :
-
Round robin, suatu kegiatan yang mengajarkan siswa bagaimana
menunggu giliran pada saat bekerja dalam kelompok.
-
Pair checks, suatu cara membantu siswa yang suka mendominasi
dengan cara meminta mereka bekerja berpasangan dan menerapkan susunan
pengecekan berpasangan.
2)
Ketrampilan berperan serta
Untuk mengajarkan dan
menjamin peran serta yang seimbang antara anggota kelompok ada dua cara yabg
dapat digunakan, yaitu :
-
Time token, cara ini dapat membantu membagikan peran serta
secara lebih merata antara anggota
kelompok yang dominan dengan anggota yang tidak aktif.
-
High talker tap out, satu cara untuk menghasilkan peran serta yang
seimbang adalah dengan menugaskan satu siswa untuk terus mengamati peran serta
tiap siswa.
Keterampilan-keterampilan Komunikasi
Empat ketrampilan komunikasi
yang dapat dilakukan yaitu, mengulang kalimat sendiri, memerikan perilaku,
memerikan perasaan dan mengecek kesan. Hal tersebut penting dan harus diajarkan
ke siswa agar memudahkan komunikasi didalam seting kelompok.
Keterampilan-keterampilan Kelompok
Sebelum siswa dapat bekerja
secara efektif dalam kelompok, mereka juga harus belajar memahami dan
menghormati perbedaan satu sama lain, menghargai pendapat orang lain,menjaga
ketersinggungan orang lain.
F.
Mengajarkan Keterampilan Sosial dan Kelompok
Model pembelajaran langsung
yang menghendaki guru untuk mendemonstraskan keterampilan yang akan diajarkan
dan menyediakan waktu bagi siswa untuk melatih keterampilan dan menerima umpan
balik.
Berikut beberapa contoh pembelajaran kooperatif
Mencari Pasangan (Make a Match).
Dikembangkan oleh Lama Curran (1994). Siswa mencari
pasangan sambil belaiar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana
yang menyenangkan.
Langkah kerja:
1.
Guru menyiapkan beberapa kartu
yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya
satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
2.
Setiap siswa
mendapat satu buah kartu
3.
Tiap siswa
memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
4.
Setiap siswa
mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
5.
Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya
sebelum batas waktu diberi poin
6.
Setelah satu
babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
7.
Demikian seterusnya
8.
Kesimpulan/penutup
Berpikir-Berpasangan-Berempat
Dikembangkan oleh Frank Lyman (Think-Pair-Share) dan Spencer Kagan
(Think-Pair-Square) sebagai struktur kegiatan pembelajaran kooperatif.
Memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang
lain.Memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap
siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.
Langkah
kerja:
1.
Guru
menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
2.
Siswa
diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
3.
Siswa
diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan
hasil pemikiran masing-masing
4.
Guru
memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
5.
Berawal dari
kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan
menambah materi yang belum diungkapkan para siswa
6.
Guru memberi kesimpulan
7.
Penutup
Berkirim Salam dan
Soal.
Teknik ini memberi siswa
kesempatan untuk melatih pengetahuan dan
keterampilannya.Siswa membuat pertanyaan sendiri,
sehingga akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan menjawab pertanyaan yang
dibuat oleh
teman-teman sekelasnya. Cocok
untuk persiapan menjelang tes dan ujian.
Langkah kerja:
1.
Guru membagi siswa dalam kelompok
berempat dan setiap kelompok ditugaskan untuk menuliskan beberapa pertanyaan
yang akan dikirim ke kelompok yang lain. Guru bisa mengawasi dan membantu memilih
soal-soal yang cocok.
2.
Kemudian,
masing-masing kelompok mengirimkan satu orang utusan yang akan menyampaikan
salam dan soal dari kelompoknya (Salam kelompok bisa berupa sorak kelompok
seperti yang dijelaskan)
3.
Setiap kelompok mengerjakan soal
kiriman dari kelompok lain.
4.
Setelah selesai, jawaban masing-masing
kelompok dicocokkan dengan jawaban kelompok yang membuat soal.
Kepala Bernomor (Numbered Heads).
Dikembangkan oleh Spencer Kagan
(1992).Memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Mendorong siswa untuk meningkatkan
semangat kerja sama mereka.
Langkah
kerja :
1.
Siswa dibagi
dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2.
Guru
memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
3.
Kelompok
mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat
mengerjakannya/mengetahui jawabannya
4.
Guru
memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil
kerjasama mereka
5.
Tanggapan
dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
6.
Kesimpulan
Kepala Bernomor
Terstruktur.
Teknik belajar ini merupakan
pengembangan dari teknik Kepala Bernomor.- Memudahkan dalam pembagian
tugas.Memudahkan siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam
saling keterkaitan dengan rekan sekelompoknya.
Langkah kerja:
Caranya:
1.
Siswa
dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2.
Penugasan
diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai
3.
Misalnya : siswa
nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa
nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
4.
Jika
perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari
kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok
lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu
atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
5.
Laporkan
hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
6.
Kesimpulan
Kancing Gemerincing
Teknik ini
dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992).Dalam kegiatan Kancing Gemerincing,
masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan pendapat
mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain.Teknik ini
dapat digunakan untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering
mewarnai kerja kelompok. Dalam banyak kelompok, sering ada anak yang terlalu
dominan dan banyak bicara. Sebaliknya, juga ada anak yang pasif dan mengekor
temannya yang lebih dominan. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung
jawab dalam kelompok bisa tidak tercapai karena anak yang pasif terlalu menggantungkan diri pada rekannya yang
dominan.Teknik ini dapat menjadi solusi yang dapat memastikan setiap siswa mendapatkan
kesempatan untuk berperan serta secara aktif
.
Langkah kerja:
1.
Guru menyiapkan satu kotak kecil
yang berisi kancing-kancing (atau benda kecil lainnya).
2.
Sebelum kelompok memulai
tugasnya, setiap siswa masing-masing kelompok mendapatkan 2 atau 3 buah kancing
(jumlah kancing tergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan).
3.
Setiap kali
siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus menyerahkan salah satu
kancingnya dan meletakkannya ditengah-tengah.
4.
Jika kancing
yang dimiliki siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya
juga menghabiskan kancingnya.
5.
Jika semua
kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil
kesepakatan untuk membagi-bagi kancing lagi dan mengulangi prosedurnya kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar